Jumat, 28 Januari 2011

cerpenku

KAKAKKU MANTAN TUKANG KORAN....

Hari ini hari Minggu menjengkelkan bagi Faira. Derai hujan minggu pagi itu belum membangunkan Faira dari mimpi indahnya. Sesaat kemudian Faira bangun karena mendengar suara berisik tukang koran di depan rumahnya. Suara itu terdengar nyaring dan hanya didengar oleh Faira yang sejak 2 hari yang lalu ditinggal Kakek, Nenek dan Mamanya keluar kota.
“Permisi….!!!Koran!!!....koran!!!....” teriak tukang Koran
“ Uch… berisik….nggak biasanya deh Mas Eman kayak gitu” gumam Faira
Faira sudah akrab sejak lama dengan tukang koran langganan kakeknya itu. Namun, Faira agak heran dengan sikap Mas Eman yang tidak seperti biasanya. Ia mencoba melihat siapa yang mempunyai suara senyaring tukang koran itu.
“Aduh….Mas Eman….taruh aja korannya kayak biasanya…” Teriak Faira yang sedang membuka pintu.
Mata Faira terpanah ketika melihat tukang koran di depan pagar rumahnya bukan tukang koran seperti biasanya. Sosok tukang koran tampan itu membuat mata Faira tak berkedip sedikit pun. Namun, Faira merasa kehilangan kakak keduanya Mas Eman yang sudah ia anggap sebagai kakaknya setelah tukang kebunnya Mas Geon. Faira memang anak tunggal yang hidup hanya bersama Mamanya setelah berpuluh tahun yang lalu ditinggal oleh Ayah tercintanya.
“Woi…!!!mbak…jadi bayar nggak nih???” Tanya tukang koran dengan nada tinggi
“ Eyang lagi di Jogja, bayarnya bulan depan aja mas” sahut Faira
“Ya nggak bisa donk mbak…..” bantah tukang Koran
“ Aku udah bilang kan mas,..Eyang lagi keluar kota…bias sabar sedikit nggak sih…” jawab Faira kesal
Akhirnya untuk pertemuan pertamanya dengan tukang korang baru itu harus membuatnya mangalah. Faira menyesal bertemu dengan tukang Koran egois itu.
***
“ Sendiri lagi deh…” gumam Faira yang mulai merasa kesepian di rumahnya.
“ Pagi Faira….” Sapa tukang kebun FAira yang lebih tua 5 tahun dari Faira
“ Pagi Mas Geon…kok lama sih mas datangnya….” Jawab Faira
Mas Geon sudah Faira anggap sebagai kakak pertamanya. Tidak heran kalau bahasa Geon tidak seperti pegawai dan majikannya jika berbicara dengan Faira. Geon menceritakan kepada Faira jika Mas Eman sedang pulang kampung. Wajah Faira meredup seketika.
***
Fajar kemabali menyingsing, Faira sudah berpakaian seragam lengkap dan rapi. Faira cemas menunggu Mas Geon seseorang yang setia mengantar dan menjemputnya atas permintaannya dengan sepeda kayuhnya. Faira terkejut ketika melihat Mas Geon dibonceng tukang koran yang ia temui kemarin.
“ Ra..maaf tadi ban sepedaku bocor…sekarang kamu dibonceng Radit saja ya..” kata Mas Geon
“ Apa…??!! “ teriak Faira dan Radit
“ Jadi aku harus ngantar cewek pemalas seperti dia ini??” sahut Radit
“ Aku naik taksi aja deh Mas Geon” rayu Faira
“ Lagi macet Ra…”jawab Mas Geon
Dengan terpaksa Faira mau dibonceng Radit ke sekolahnya. Entah apa yang dirasakan Faira saat itu, Ia merasa Radit seperti kakaknya sendiri. Gaya bicaranya seperti seolah seorang kakak. Semua nasihatnya mebuat Faira membuka mata akan perilakunya selama ini.
“ Jadi…aku panggil apa nih,..Faira atau mbak Faira?” Tanya Radit
“ Cukup Faira aja…” sahut Faira
“ Oh ya Faira, kalau aku boleh usul…kamu kan anak cewek…kalau bangun jangan terlalu siang ya…nggak baik anak cewek bangun kesiangan.” Sahut Radit
“ Oke Mas Radit…” jawab Faira
Faira pulang di jemput oleh Mas Radit lagi. Banyak nasihat ia dapat dari Radit. Setibanya dirumah, Faira menanyakan panjang lebar tentang Mas Radit kepada Mas Geon. Radit ternyata tetangga depan rumah Mas Geon yang hanya tinggal bersama Ibunya. Faira masih bingung tentang sikap Mas Radit yang kadang sedikit galak dan kadang juga bisa lembut.
***
Sudah sering Faira diantar dan dijemput Mas Radit jika ban sepeda Mas Geon bocor. Tak disengaja Mama Faira mengetahui hal itu saat Radit menunggu Faira di depan rumahnya untuk diantar. Mama Faira sepertii mengenal sosok Radit, pria yang sering mengantar Faira dengan sepeda kayuhnya yang dipenuhi Koran.
“ Geon…ceritakan semua tentang pria yang sering mengantar Faira ke sekolah.” Perintah Mama Faira
Geon pun menceritakan panjang lebar tentang Radit seperti yang ia pernah ceritakan kepada Faira. Mama Faira seperti tersentuh hatinya dan diam sejenak. Ia teringat tentang peristiwa puluhan tahun yang lalu ketika ia menititpkan putra pertamanya pada tetangganya setelah ditinggal sang suami. Semua perusahaan suaminya saat itu mulai gulung tikar dan mau tak mau ia harus merelakan putra pertamanya untuk diasuh orang lain. Sepuluh tahun yang lalu ia berusaha untuk mengambil putra pertamanya itu namun, ia tetangganya sudah pindah rumah.
“ Geon, antarkan saya kerumah Radit…saya yakin dia adalah anak saya yang bernama Angga Permana Raditya Putra” perintah mama Faira sambil mengusap air matanya
Sesampainya di rumah Radit,Mama Faira bertemu Bu Narti tetangganya dulu. Ia menceritakan maksudnya untuk mengambil Radit. Sesaat kemudian sepeda kayuh Radit tiba didepan rumahnya.
“ Bu, siapa ini?...Lho Mas Geon kok disini??” Tanya Radit pada ibunya
“ Ini Ibu kamu yang sebenarnya nak…” Jawab Bu Narti
“ Apa maksud Ibu??...Ibu saya sudah meninggal kan bu??...Hanya Ibu yang selama ini merawat saya…Saya sudah tidak punya ibu lagi” kata Radit sambil meneteskan air mata dan meninggalkan wanita bersama Bu Narti sambil mengayuh sepedanya
“ Radit…sayang…ini mama nak,,!!!” teriak Mama Faira yang juga meneteskan air mata setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Radit.
***
Keesokan harinya Mama Faira mendatangi lagi rumah Radit, namun kali ini ia ditemani Faira dan Geon. Sikap Radit masih sama seperti sikap awalnya. Namun, setelah Faira mencoba berbicara pada tukang Koran yang sebenarnya adalah kakaknya itu, Radit sedikit tersentuh hatinya.
“ Mas Radit…tolong jangan lihat sikap mama dari pemikiran mas Radit sendiri. Mas Radit kan belum tau apa sebabnya mama menitipkan mas Radit. Mas Radit harus tau kalau semua itu dilakukan mama Karena keadaan yang memaksa mas…Mama tak punya niat jahat untuk membuang mas Radit dari kehidupan kami. Mama hanya menitipkan mas saja dan sekarang mama ingin mas Radit bisa menemani kami untuk menggantikan sosok Ayah. Apa mas Radit tidak tau betapa sedihnya selama ini aku tak memiliki kakak,..Mas Geon dan Mas Eman tak mungkin menjadi kakakku selamanya mas…Aku butuh Mas Radit kakak yang bisa menasihatiku dan menemaniku bila Mama sedang keluar kota. Aku butuh mas Radit yang bisa mengingatkanku makan, memilih teman yang baik, mengatur waktu belajar, dan menjawab semua pertanyaanku jika aku belum mengerti pelajaranku.” Jelas Faira yang tak sengaja meneteskan air matanya.
Radit tersetuh hatinya dan ia memeluk Faira sebagai adik kandungnya dan mencium tangan Mamanya sambil menitihkan air mata. Radit dan Bu Narti sekarang tinggal bersama Faira dan Mamanya. Kini, Faira tak malu lagi jika ia diantar Mas Radit kesekolah bukan karena Mas Radit kakak palsunya yang tampan, namun karena Mas Radit adalah kakak kandungnya. Semua teman FAira merasa iri dengan kakak kandungnya yang tampan itu.
“ Pokoknya Mas Radit nggak boleh ganjen sama teman- temanku…Awas ya kalau Mas Radit ganjen…” Kata Faira
“ Oke deh…adikku yang bawel…” jawab Radit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar